Blog

SPASIAL RUMAH JAWA TRADISIONAL SEBAGAI CERMINAN BUDAYA JAWA – AGRARIS

Manusia dalam beradaptasi dengan lingkunganya akan menampilkan kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan karakter lingkungannya. Kebiasaan-kebiasaan ini akan menjadi panduan untuk kelompoknya dan diteruskan oleh anak cucunya menjadi suatu tradisi. Tradisi ini akan menjadi norma-norma atau aturan yang menjaga keselarasan manusia dengan manusia, dan manusia dengan alamnya.

Abstraksi perilaku atau kebiasaan – kebiasaan ini akan membentuk Budaya yang akan menjadi suatu ciri atau karakter suatu kumpulan masyarakat. Karena budaya itu merupakan produk saripati dari adaptasi manusia terhadap lingkunganya, maka budaya dapat dilihat dari pola hidup masyarakat  berdasarkan tatanan ekonomi yang menjadi sumber kehidupan mereka.

Budaya Jawa – Agraris terberntuk karena pengaruh dari adaptasi dan sumber daya hidup masyarakat yang menjadikan pertanian sebagai sumber kehidupan mereka. Masyarakat Jawa pada umumnya merupakan masyarakat agraris, dimana menitik beratkan kehidupan mereka pada hasil olahan tanah. Padi sebagai sumber makanan pokok menjadi suatu hal yang terpenting dalam kehidupan bercocok tanam, disamping jenis tanaman lain  seperti palawija, buah-buahan dan sayuran. Padi yang sering dikaitkan dengan hal kemakmuran dipanen dalam beberapa kali periode dalam setahun, hasil panen yang baik sangat dipengaruhi oleh kekuatan sang pencipta yang maha kuasa.

Pada masyarakat Jawa – Agraris ini, budaya Jawa  mempercayai andilnya Dewi Sri sebagai dewi kemakmuran dan rezeki pada keberhasilan pane padi mereka. Seiring dengan pengharggan mereka terhadap Dewi Sri, masyarakat Jawa memberikan penghargaan tertinggi berupa segala hal sesuatu adalah milik Dewi Sri.

Rumah tinggal sebagai tempat beristirahat dan berteduh pada masyarakat Jawa – Agraris adalah mejadi bagian dari karunia rezeki dan kemakmuran yang diberikan oleh Dewi Sri, sehingga rumah tinggal tidak hanya sebagai milik pribadi keluarga tetapi seutuhnya dalah milik dari Dewi Sri. Karena penghormatan yang tinggi ini terhadap Dewi Sri, maka munculah aspek spasial dan lay out rumah tinggal masyarakat Jawa – Agraris yang berorientasi khusus sebagai lambang pemujaan mereka terhadap Dewi Sri.

Pada spasial rumah tinggal masyarakat Jawa – Agraris dikenal istilah Senthong. Senthong adalah bilik – bilik yang memisahkan ruang kedalam fungsi tertentu berdasarkan budaya pemujaan mereka kepada Dewi Sri. Letak senthong berada di bangunan induk dan mengambil posisi di bagian belakang. Sementara itu di bagian luar atau sekitarnya ada bangunan-bangunan lain yang lumrah disebut pendhapa, pringgitan, gandhok, pawon, dan sebagainya. Senthong dapat juga disebut sebagai kamar dalam kosakata Jawa, namun ada makna lebih dari sekadar kamar untuk tidur atau istirahat.

Gambar 01 : Layout Rumah Tinggal Jawa Kuno

Pada gambar 01 diatas terlihat susunan lay out rumah tinggal Rumah Jawa – agraris kuno sebagai cerminan dari budaya penghormatan mereka terhadap Dewi Sri. Pendhapa merupakan bagian muka dari rumah yang bersifat public yang berfungsi sebagai ruang penerima tamu. Kemudian kebagian lebih dalam terdapat Pringgitan, yaitu berfungsi sebagai ruang keluarga, dimana pada rumah – rumah saat ini pringgitan biasanya lebih bersatu dengan ruang tamu atau pendhapa.

Bagian rumah yang terpenting adalah Omah – Njero, yaitu bagian private dimana penghuni rumah beristirahat dan melakukan kegiatan pribadi lainnya. Pada bagian Omah Njero ini terdapat kamar – kamar lagi yang disebut Senthong. Terdapat tiga jenis senthong dengan fungsi yang berbeda. Senthong Kiwa atau senthong bagian kiri adalah  adalah sebagai tempat gerabah, peralatan dapur, padi atau sebagai gudang berasnya. Gerabah atau alat rumah tangga ini memang sengaja ditaruh disana sebagai isi senthong, sedangkan gerabah yang digunakan memasak tiap harinya berada di bagian pawon yang biasanya disebut sebagai gandhok.

Gambar 02 : Senthong Kiwa

Yang terpenting dalam susunan bilik ini adalah Senthong Tengah, yaitu berupa kamar layaknya kamar tidur, terdapat ranjang yang tertata rapih tetapi tidak difungsikan sebagai tempat tidur. Senthong tengah ini dibiarkan kosong dan dijadikan tempat pemujaan atau semedi terhadap Dewi Sri sebagai pemilik seluruh rumah. Didalam kamar ini biasanya terdapat juga patung Loro Blonyo sebagai symbol dari Dewi Sri sebagai pemberi kemakmuran terhadap kehidupan mereka.

GAMBAR 03 : Senthong tengah

Kemudian ruang yang paling kanan adalah senthong tengen, yaitu kamar pribadi dari pemilik rumah tinggal, biasanya kedua orang tua. Senthong tengen hanya boleh dimasuki oleh pemilik rumah atau orang tua, sedangkan anak – anak atau kerabat lainya tidur di area seputaran ruangan lain, seperti di ruangan tengah, ruang gandhok, bahkan ada yang rela mengambil ruangan di bagian pawon.