Blog

ARSITEKTUR ADALAH ARTEFAK YANG BERCERITA TENTANG PERKEMBANGAN SEJARAH MANUSIA

Melihat kehidupan manusia keseluruhan, maka usaha manusia di dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya merupakan faktor utama dalam menjaga kelangsungan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia adalah sandang, pangan,

ruang hidup atau pemukiman, pendidikan, dan kesehatan. Dari unsur tersebut, ruang memegang peranan yang penting. Ruang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia baik secara psikologi emosional (Persepsi), maupun dimensional. Manusia berada dalam ruang, bergerak serta menghayati, berfikir dan juga menciptakan ruang untuk menyatakan bentuk dunianya. Ciptaan yang artistic disebut Ruang Arsitektur. Ruang Arsitektur ini menyangkut interaksi ruang dalam dan ruang luar, yang memerlukan penataan yang lebih lanjut.

Pengalaman yang berbeda-beda antar individu akan menghasilkan perbedaan dalam rumusan bentuk estetika masing-masing. Dalam sebuah kelompok masyarakat, perbedaan rumusan bentuk estetika tercermin dalam sistem nilai kebudayaannya. Hal ini yang akan menentukan munculnya berbagai gaya dalam arsitektur. Perbedaan gaya dalam karya arsitektur yang terjadi antar daerah dan waktu disebabkan karena adanya perbedaan rumusan bentuk estetika masingmasing. Perbedaan dalam rumusan bentuk estetika, sekaligus akan menggambarkan kondisi pengalaman yang diterima oleh masyarakat.

Oleh karena itu, “karya arsitektur” dalam sebuah masyarakat dapat menjadi alat untuk membaca kondisi pengalaman dan sistem nilai kebudayaan dalam masyarakat tersebut. Sebaliknya, gagasan mengenai setting perilaku dalam masyarakat merupakan hasil dialog dari perilaku sebagai tindakan dan desain sebagai artifak kebudayaan. Sebagai contoh gambaran hubungan antara kebudayaan dengan arsitektur adalah perkembangan gaya dalam dunia arsitektur itu sendiri.

Rapaport mengungkapkan bahwa arsitektur bermula sebagai tempat bernaung. Oleh karena itu banyak anggapan di masyarakat bahwa arsitektur adalah sesuatu yang berhubungan dengan bangunan sebagai tempat tinggal. Pada awalnya arsitektur lebih terkait kepada bangunan, terutama bangunan untuk tempat tinggal yang masih banyak dipengaruhi oleh adat, sehingga pembuatannya banyak memasukkan unsur adat. Kemudian dengan semakin majunya zaman, maka hasil karya arsitektur semakin bermacam-macam

bentuknya. Berdasarkan kamus, kata arsitektur (architecture), berarti seni dan ilmu membangun bangunan. Menurut asal kata yang membentuknya, yaitu Archi = kepala, dan techton = tukang, maka architecture adalah karya kepala tukang. Arsitektur dapat pula diartikan sebagai suatu pengungkapan hasrat ke dalam suatu media yang mengandung keindahan.

pohon arsitektur

pohon arsitektur

Dalam pohon arsitekturnya Bannister Fletcher, menerangkan periode-periode tentang perjalanan arsitektur dimana arsitektur adalah sebagai buah dari kehidupan manusia dan alam sebagai akarnya. Arsitektur merupakan suatu intisari dari sebuah kebutuhan akan suatu wadah yang dipengaruhi oleh beragam aspek, mulai dari geografi, iklim, kehidupan social, budaya, dan lain-lain.

 

2. ARSITEKTUR SEBAGAI SUATU PRODUK BUDAYA

Rapaport mengungkapkan bahwa arsitektur bermula sebagai tempat bernaung. Oleh karena itu banyak anggapan di masyarakat bahwa arsitektur adalah sesuatu yang berhubungan dengan bangunan sebagai tempat tinggal. Pada awalnya arsitektur lebih terkait kepada bangunan, terutama bangunan untuk tempat tinggal yang masih banyak dipengaruhi oleh adat, sehingga pembuatannya banyak memasukkan unsur adat. Kemudian dengan semakin majunya zaman, maka hasil karya arsitektur semakin bermacam-macam bentuknya. Berdasarkan kamus, kata arsitektur (architecture), berarti seni dan ilmu membangun bangunan. Menurut asal kata yang membentuknya, yaitu Archi = kepala, dan techton = tukang, maka architecture adalah karya kepala tukang. Arsitektur dapat pula diartikan sebagai suatu pengungkapan hasrat ke dalam suatu media yang mengandung keindahan

Arsitektur sebagai unsur kebudayaan merupakan salah satu bentuk bahasa nonverbal manusia, alat komunikasi manusia nonverbal ini mempunyai nuansa sastrawi dan tidak jauh berbeda dengan sastra verbal. Arsitektur itu sendiri dapat dipahami melalui wacana keindahan, sebab dari sanalah akan muncul karakteristiknya. Dalam naskah kuno sastra jawa dan kitab lontara Bugis dapat ditemukan hubungan relevansi antara lingkungan kehidupan budaya manusia dengan rumah adat yang diciptakannya.

Kebudayaan fisik merupakan wujud hasil dalam sebuah kebudayaan. Sehingga pada wujud terakhir ini kebudayaan memiliki bentuk paling nyata diantara bentuk yang lain. Pada wujud inilah kebudayaan seringkali sudah memiliki bentuk benda, sehingga dapat dilihat, disentuh dan dirasakan. Untuk membantu memahami Arsitektur sebagai sebuah wujud kebudayaan dapat dilakukan telaah melalui kacamata di atas. Untuk itu kegiatan ber-arsitektur perlu dipahami sebagai sebuah proses, dari ideologi yang melandasi, konsep, metode dan teknik yang digunakan, hingga hasil karya.

Unsur yang akan selalu ada dalam proses penciptaan “karya arsitektur” adalah “keindahan”. Keindahan selalu menjadi latar belakang atau tuntutan dalam sebuah “karya arsitektur”. Keindahan merupakan gagasan mengenai bentuk estetika yang pada akhirnya akan diwujudkan menjadi sebuah karya fisik melalui teknik dan metode dalam arsitektur. Dalam hal ini bentuk estetika merupakan sebuah gagasan yang muncul dalam sebuah kebudayaan. Estetika merupakan wujud kedua dari kebudayaan atau merupakan wujud gagasan. Arsitektur merupakan wujud fisik yang secara nyata dapat dilihat, disentuh dan dirasakan kehadirannya dalam masyarakat. Wujud fisik ini, baik dalam skala bangunan tunggal maupun sebuah lingkungan buatan, dapat difahami sebagai sebuah artefak. Sebuah “karya arsitektur” mengkomunikasikan kondisi masyarakat di mana artefak tersebut berada. Artefak merupakan wujud akhir yang timbul akibat adanya gagasan dan tindakan dalam suatu kebudayaan, wujud fisik. Kebudayaan dalam wujud fisik merupakan bagian terluar dari lingkaran konsentris kerangka kebudayaan (Koentjaraningrat, 2005).

Ruang dan hirarki yang tergantung didalamnya merupaka bagian dari arsitektur dimana penyusunanya dipengaruhi oleh pola pikir manusia yang berupa cita rasa , budaya , dan penyelarasan dengan alam sekitarnya. Antropologi merupakan kajian bagaimana tentang pola ruang itu terbangun dan hirarki ruang terjadi, dimana arsitektur sebagai cerminan dari budaya masyarakatnya. Berikut adalah beberapa contoh kajian antropologi arsitektur yang dilihat dari proses terbentuknya akibat dari kebutuhan manusia akan penjelmaan dari kebudayaan lokal.

Arsitektur pra-Yunani kuno sangat terkait dengan kondisi bangsa Yunani yang kaya dengan mitologi dan seni. Hal ini nampak dari fungsi dan bentuk bangunan utama sebagai bagian dari ritual pemujaan. Ideologi kebudayaan masyarakat pra-Yunani kuno tersebut menjadi dasar terbentuknya konsep nilai ke-estetika-an pada saat itu terfokus pada terciptanya bangunan-bangunan megah dan besar sebagai upaya mendekatkan manusia terhadap mitos dewa-dewi alam semesta (Fletcher, 2004).

 

3. ARSITEKTUR SEBAGAI ARTEFAK POLITIK DAN EKONOMI

            Arsitektur adalah merupakan suatu sumber sejarah yang nyata, sebuah bukti sejarah yang otentik yang dapat menerangkan keadaan di masa lampau mungkin lebih detail dari selembar tulisan atau sebuah kitab kuno. Arsitektur adalah artefak sejarah yang berbicara tentang keadaan dan kehidupan social pada jamannya.

Di Indonesia kita dapat mengenali bagaimana kehidupan sebuah tatanan politik dan ekonomi di masa penjajahan dahulu. Kita dapat mengetahui bagaimana sebuah lingkungan kota terbentuk, bagaimana pengaruh perkembangan kota dan sebagainya melalui peninggalan-peninggalan ini. Arsitektur dapat menerangkan tatanan kehidupan ekonomi , social , dan budaya pada masa kolonial Belanda di Indonesia.

Pada masa kolonial Belanda ditandai dengan masuknya arsitektur modern ke Indonesia, hal ini dapat menerangkan bahwa pergolakan masyarakat, ekonomi , dan politik terjadi seiring perkembangan arsitektur modern atau arsitektur indis di Indonesia. Belanda meninggalkna jejak pergolakan tersebut dengan bangunan-bangunan militer bawah tanah, dan tempat-tempat persembunyian dan penjara, hal ini merupakan suatu cerita sejarah dalam bentuk yang nyata.

Dalam masa perkembangan ini ada beberapa aliran arsitek Belanda yang ikut meramaikan kancah arsitektur kolonial di Indonesia, beberapa pemikiran atau aliran tersebut ada yang mengagungkan arsitektur modern secara murni, ada pula yang mengagungkan arsitektur vernacular Indonesia, dan ada pula arsitek yang menggabungkan keduanya. Maka bermunculanlah arsitektur kolinial Indonesia yang khas dan bercerita tentang masanya.

penjara Banceuy

penjara Banceuy

Penjara Banceuy adalah satu satu artefak arsitektur yang bercerita bagaimana situasi politik pada tahun 1930an, dimana Belanda memenjarakan tawanan-tawanan perang dan politiknya, termasuk Ir. Soekarno.  Penjara Banceuy dibangun oleh pemerintah Belanda pada tahun 1877, awalnya penjara ini diperuntukkan bagi tahanan politik tingkat rendah dan kriminal. Di penjara ini ada 2 macam sel yaitu sel untuk tahanan politik di lantai atas dan sel untuk tahanan rakyat jelata di lantai bawah. Sel penjaranya sendiri berukuran 1,5 x 2,5 meter. Inilah yang menjadi titik tolak kenapa bangunan ini bersejarah. Pada tanggal 29 Desember 1929, Soekarno serta tiga rekan dari PNI, Maskoen, Soepriadinata, dan Gatot Mangkoepraja ditangkap di Yogyakarta dan kemudian dijebloskan ke penjara Banceuy selama kurang lebih 8 bulan. Di sinilah Soekarno menyusun pledoi yang sangat terkenal yang kemudian diberi nama Indonesia Menggugat. Yang dibacakan di sidang pengadilan di Gedung Landraad (kini bernama Gedung Indonesia Menggugat yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan). Pada tahun 1983 penjara Banceuy dipindahkan ke Jalan Soekarno-Hatta. Yang kemudian penjara Banceuy ini sendiri dibongkar untuk dijadikan kompleks pertokoan dan disisakan hanyalah sel penjara Bung Karno dan menara pos penjaga.

4. ARSITEKTUR SEBAGAI BUAH DARI PERUBAHAN TATANAN SOSIAL

Revolusi industri yang merubah tatanan sosial di Eropa, dimana munculnya kaum-kaum bermodal baru dengan menurunya intesitas gereja dan kerajaan, membuahkan suatu perubahan multiply terhadap banyak aspek kehidupan, mulai filosofi, seni, budaya, dan arsitektur.

Perubahan tatanan social akibat revolusi industri yang cepat ini, menuntuk sebuah pola piker terhadap teori-teori arsitektur yang penuh kebaruan. Perubahan tatanan social yang bisa disebut juga abad pencerahan ini mengangkat kembali arsitektur-arsitektur klasik menjadi suatu acuan terhadap teori-teori arsitektur pada masa ini. Arsitektur menjadi sebuah karya eklitik, dimana ilmu pengetahuan terus maju dan berkembang dari berbagai sumber.

Dengan runtuhnya supremasi agama / gereja dengan gaya arsitektur yang penuh dengan ketuhanan (Gothik), lahirlah beragam langgam arsitektur baru akibat perubahan tatanan social ini, seperti lahirnya masa renaissance hingga ke arsitektur modern. Semua bangsa-bangsa di dunia mengalami masa kejayaan yang kemudian menjadi tonggak penting pada perkembangan peradaban masing-masing bangsa tersebut. Bangsa Eropa juga mengalami zaman yang sangat berpengaruh dalam memberikan sentuhan peradaban pada bangsa Eropa saat ini. Zaman tersebut adalah zaman Renaisans. Zaman ini sering disebut sebagai abad pencerahan.

Abad pencerahan ini dimulai di abad ke 15 dimana orang-orang mulai memiliki pandangan terbuka dan ilmu pengetahuan mulai digali lebih dalam. Oleh karena itu, hampir semua aspek kehidupan pada masyarakat Eropa mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi salah satunya terlihat dari seni desain arsitektur pada bangunan. Desain arsitektur bangunan ini dipengaruhi oleh kebudayaan Roma dan Yunani yang kuat.

Arsitekstur ini mengkombinasikan bentuk-bentuk simeteris, tiang-tiang besar, dan kubah-kubah yang khas Yunani. Masa ini adalah masa pencapaian seni tertinggi yang dilakukan oleh bangsa Eropa. Negara yang terkenal dengan karya seni arsitekturnya adalah Italia. Italia kemudian menjadi kiblat arsitektur Eropa di masa itu.

Villa La Rotonda adalah Villa Renaissance yang berada di Vicenza di Italia utara, dan dirancang oleh Andrea Palladio. Nama yang tepat adalah Villa Almerico Capra, tetapi juga dikenal sebagai La Rotonda, Villa Rotonda, Villa Capra dan Villa Almerico. Nama “Capra” berasal dari saudara Capra, yang menyelesaikan bangunan setelah itu diserahkan kepada mereka di 1592. Seiring dengan karya-karya lain oleh Palladio, bangunan ini dilestarikan sebagai bagian dari Situs Warisan Dunia “Kota Vicenza dan Palladian Villas dari Veneto”.

Lokasi yang dipilih adalah puncak bukit di luar kota Vicenza. Tidak seperti beberapa vila Palladian lain, bangunan itu tidak dirancang dari awal untuk mengakomodasi sebuah para pekerja peternakan. Bangunan canggih ini dirancang untuk situs yang, dalam terminologi modern, “pinggiran”. Palladio digolongkan bangunan sebagai “palazzo” daripada sebuah villa.

Desain untuk bangunan benar-benar simetris, memiliki bentuk persegi dengan empat fasad, yang masing-masing memiliki serambi. Seluruh terkandung dalam lingkaran imajiner yang menyentuh setiap sudut bangunan dan pusat serambi bertiang. Nama La Rotonda mengacu ke ruang melingkar pusat dengan kubahnya. Untuk menggambarkan villa, secara keseluruhan, sebagai ‘rotonda’ secara teknis tidak benar, karena bangunan tidak melingkar melainkan persimpangan persegi dengan salib. Setiap portico memiliki langkah-langkah yang mengarah, dan membuka melalui lemari kecil atau koridor ke ruang tengah kubah melingkar. Ini dan semua kamar memilik proporsional dengan presisi matematis sesuai dengan aturan Palladio.

Desain mencerminkan nilai-nilai humanis arsitektur Renaissance. Agar setiap kamar memiliki beberapa matahari, desain itu diputar 45 derajat dari setiap titik kardinal kompas. Masing-masing dari empat serambi bertiang memiliki pediments menghiasi oleh patung dewa klasik. The pediments masing-masing didukung oleh enam kolom ionik. Setiap serambi diapit oleh satu jendela. Semua kamar utama berada di lantai kedua atau piano nobile.Bangunan dimulai pada tahun 1567. Baik Palladio maupun pemilik, Paolo Almerico, adalah untuk melihat penyelesaian villa. Palladio meninggal pada tahun 1580 dan arsitek kedua, Vincenzo Scamozzi, dipekerjakan oleh pemilik baru untuk mengawasi penyelesaian. Salah satu perubahan besar yang dibuat untuk rencana awal adalah untuk memodifikasi aula pusat berlantai dua.

Seperti halnya Pantheon, Villa Rotonda memakai atap bulat atau kubah yang simetris dengan tampak dan denah menjadi aksis bangunan. Perbedaanya adalah pada denah Villa rotunda denah bangunan berbentuk silang/salib dimana kubah rotunda sebagai aksis menjadi foyer

 

5. ARSITEKTUR SEBAGAI BENTUK DARI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI

            Sopandi (2013)dalam buku Sejarah Arsitektur, menerangkan dan mengelompokan perkembangan arsitektur berdasarkan perkembangan teknologi pencapian konstruksi. Diterangkan bahwa sejarah arsitektur dimulai dengan bangunan yang berupa gundukan dan tumpukan  seperti piramida dan stupa, kemudian bangunan yang telah memilik itang seperti kuil Hera, selanjutnya bangunan yang telap memiliki kubah seperti Pantheon, dan terus hingga bangunan dengan permainan unsur geometri.

Jika kita melihat perkembangan arsitektur menurut kajian diatas, dapatlah dengan jelas dilihat bahwa arsitektur merupakan suatu bagian dari perkembangan sebuah teknologi dalam peradaban-peradaban tertentu. Arsitektur sangat dipengaruhi oleh aspek teknologi dan perkembangan pemikiran manusia, dimana teknologi semakin maju maka perkembangan desain arsitektur pun akan semakin rumit.

piramida

piramida

Piramida mesir yang penuh misteri tentang bagaimana teknik arsitektur yang dipakainya menjadi banyak perhatian penelitian. Teknologi arsitektur yang dianggap sulit pada jamannya, yaitu memindahkan bebatuan yang besar dan menyusunya dengan derajat dan kemiringin yang tepat dan simetris menjadi sebuah pertanyaan yang memunculkan teori-teori yang beragam. Seorang arsitek Perancis mengklaim telah menguak cara pembuatan Piramid Besar Khufu yang dilakukan bangsa Mesir kuno ribuan tahun lalu. Menurutnya, pembangunan piramid dilakukan dari bagian dalam dan bukan dengan konstruksi dari luar seperti digambarkan para ahli selama ini.

Konstruksi piramid raksasa yang dibangun Khufu, dikenal juga dengan nama Cheops, 4500 tahun lalu telah lama menarik perhatian para ilmuwan. Piramid setinggi 137 meter tersebut tersusun dari sekitar 3 juta buah batu yang masing-masing beratnya 2,5 ton.Selama ini, para ahli meyakini piramid Khufu dibangun dari bangunan utamanya di tengah kemudian baru ke samping untuk membentuk lerengnya atau membangun sisi lereng satu demi satu.

Namun, setelah melakukan penelitian selama delapan tahun, arsitek Jean-Pierre Houdin berpendapat lain. Dari model komputer tiga dimensi yang berhasil diprogramnya terlihat bahwa piramid dibangun dari bawah ke atas. Mula-mula dibangun lereng paling bawah hingga ketinggian 43 meter. Kemudian konstruksi dilanjutkan dengan membangun lereng di atasnya hingga mencapai puncak.

Houdin juga mengklaim dapat menjelaskan teka-teki lainnya bagaimana cara menempatkan Kamar Raja yang dibangun dari 5 buah batu granit seberat 60 ton di ruangan piramid. berdasarkan bentuk piramid yang tinggi dan melebar, ia yakin bangsa Mesir menggunakan batu yang sama berat untuk menaikkannya dengan sejenis katrol.

Pada akhir tahun 2006, koran harian terkenal Amerika Serikat, Times memuat satu artikel ilmiah yang menyebutkan bahwa Piramida yang berada di Mesir dibuat dengan tanah liat, lengkapnya adalah tanah liat yang telah dipanaskan sehingga membentuk batuan keras yang sangat sulit dibedakan dengan batu aslinya. Menurut dua pakar scientist terkenal Gilles Hug (dimuat di koran harian terkenal Amerika NYtimes), dan Michel Profesor Barsoum, Piramida terbesar yang terletak di Giza dibuat dari dua jenis batuan. Yang pertama adalah batuan alam dan yang kedua adalah batuan yang dibuat secara manual oleh tangan manusia alias olahan tanah liat.

 

6. KESIMPULAN

Arsitektur adalah sebuah artefak buah fikir manusia yang nyata, yang dapat di apresiasi oleh inderawi, lebih bercerita dari sekadar tulisan dan kitab-kitab kuno. Pada sebuah karya arsitektur dapat menerangkan kondisi alam, ekonmi, budaya, tatanan social, dan lain-lain dalam suatu kurun waktu dan lokasi tertentu.

Setiap jaman memiliki cerita arsitektur tersendiri, berupa latar belakang kehidupan masyarakat pada masanya, kekayaan budaya, kekayaan alam, dan seluruh peradaban manusia. Karena arsitektur ini tidak hanya sebuah wadah dan pemenuhan dasar kebutuhan manusia akan suatu tempat berlindung atau suatu lingkungan binaan, tetapi arsitektur merupakan sebuah miniatur antropologi sebuah peradaban dengan fakta yang nyata. Arsitektur juga dapat menjadi sebuah laboratorium untuk disiplin-disiplin keilmuan lainya sebagai suatu nara sumber, atau pun sebaliknya, dalam mengkaji asebuah karya arsitektur perlu disiplin-disiplin ilmu lain untuk membedahnya secara dalam dan mendetail, hal ini membuktikan bahwa arsitektur merupakan sebuah artefak perpaduan berbagai aspek kehidupan manusia, seperti social budaya, ekonomi, politik, teknologi, dan seluruh perkembangan peradaban manusia dan alam.